Senin, 08 Februari 2016

sejarah peninggalan lampung

 SEJARAH PENINGGALAN LAMPUNG


Banyaknya hal yang pernah terjadi di masa lampau yang ternyata masih menyisahkan berbagai peninggalan yang saat ini masih bisa kita nikmati. Situs-situs yang bersejarah ini banyak tersebar di negeri kita tercinta mulai dari Sabang sampai Merauke. Peninggalan yang ada beberapa memang telah rusak, namun beberapa di antaranya mulai dilestarikan keberadaannya seiring kesadaran pemerintah baik daerah maupun pusat.

GWI mencoba mengarsipkan kembali peningggalan masa megalitikum, kerajaan, masa kolonial, sampai masa sesudah kemerdekaan RI di Provinsi Lampung.

Taman Purbakala Pugung Raharjo


Taman Purbakala Pugung Raharjo (http://www.memobee.com)

Ditemukan pada tahun 1957, situs ini menjadi salah satu situs peninggalan sejarah yang cukup berharga. Situs yang berupa taman Purbakala ini terletak di Desa Pugung Raharjo, Kecamatan Sekampung Udik, Lampung Timur. Situs arkeologi seluas 30 hektar ini merupakan peninggalan zaman Hindu dan Budha. Di dalamnya terdapat Punden Berundak, Arca, Prasasti, Batu Mayat atau Batu Kandang, Altar Batu, Batu Berlubang, Benteng Parit Primitif sepanjang 1,2 kilometer, dan Dolmen. Selain itu, beberapa keramik peninggalan dinasti Han, Sung, dan Ming masih bisa ditemukan di taman purbakala ini.

Punden berundak Pugungraharjo (http://kebudayaan.kemdikbud.go.id)

Bagi anda yang ingin mengunjungi situs ini, untuk mencapainya, anda harus menempuh perjalanan 52 kilometer ke arah Timur dari Kota Bandar Lampung. Selama perjalanan, selama perjalanan deretan asri kebun karet yang sangat luas menjadi pemandangan yang cukup indah untuk dinikmati.

Situs Purajaya

Situs Purajaya (http://www.djarumsuper.com)

Wisata arkeologis bisa dilanjutkan ke Desa Purajaya di Kecamatan Sumberjaya. Dari Liwa, desa ini ditempuh sekitar 2 jam perjalanan. Di Purajaya terdapat situs Megalitikum sangat luas, mencapai 2 hektare. Di sini terdapat batu-batu menhir dan dolmen peninggalan prasejarah abad ke-6. Benda-benda ini tersusun tegak lurus. Informasi yang diyakini warga, batu-batu ini sebagai tempat pemujaan pada dewa juga sebagai tempat persembahan korban berupa gadis cantik.

Buay Pernong

Lamban Gedung Buay Pernong (https://id.wikipedia.org)

Sebelum sampai Liwa, tepatnya di Way Pernong, berdiri rumah adat yang indah. Rumah ini terletak di sisi sebelan kanan jalan menuju Liwa. Rumah adat ini dimiliki keturunan Buay Pernong.

Sebagian rumah adat ini masih asli, beberapa bagian yang direnovasi karena rusak saat gempa 1993 lalu. Di sini terdapat meriam besar buatan zaman Belanda yang berasal dari Krui. Selain itu, banyak benda kuno seperti lemari dan kursi.

Di belakang rumah adat ini terdapat makam Raja Selalau ketiga dan penerusnya. Di atas batu-batu yang menutupi makam, terdapat berbagai tanda berbentuk seperti binatang atau lambang tertentu.

Selain makam Raja Selalau, di dekat areal makam juga terdapat semacam benteng tanah berbentuk parit sedalam 1,5--3 meter. Benteng ini mengingatkan pada benteng parit yang terdapat di situs Pugungraharjo. Sayangnya, benteng parit ini belum dipugar instansi terkait atau diteliti lebih lanjut.

Monumen peringatan meletusnya gunung krakatau

Monumen peringatan meletusnya gunung Krakatau (http://wisatalampung123.blogspot.co.id)

Monumen peringatan meletusnya gunung krakatau ini terletak di jl. WR. Supratman, Telukbetung, Lampung, menempati lokasi taman (taman dipangga). Monumen ini berupa sebuah rambu laut seberat setengah ton yang terlempar akibat gelombang pasang (tsunami) setinggi 30 m yag ditimbulkan oleh letusan krakatau tahun 1883. Kala itu tempat atau taman tersebut merupakan bagian dari lokasi kantor residen lampung. 2 pohon beringin dan ambon menaungi monuman tersebut dengan latar belakang suasana pusat kota teluk betung.

Gedong Aer

Gedong Aer (http://sesamamedia.blogspot.co.id)

Bangunan ini mulai berdiri pada Abad ke-18. Lokasinya sendiri berada di Jl. Imam Bonjol, Tanjung Karang Barat, Bandar Lampung. Pada era ini tepatnya tahun 1827 Pemerintah Belanda yang merasa perlu memenuhi kebutuhan logistik di Lampung, merasa perlu untuk membuat sebuah menara dan bangunan yang bisa dijadikan sebagai tampungan cadangan air yang merupakan kebutuhan primer. Bangunan yang didirikan oleh Belanda ini karena kondisinya yang masih bagus, akhirnya pada masa kependudukan Jepang juga turut difungsikan sebagai pemasok air utama. Dan tidak hanya itu, kokohnya bangunan ini bahkan juga masih bisa berfungsi sampai sekarang dan dikelola oleh PDAM.

Istana Skala Brak

Istana Skala Brak (https://www.flickr.com)

Istana Skala Brak Berlokasi di lereng Gunung Persagi, di dataran Belalau, sebelah selatan Danau Ranau yang secara administratif kini berada di Kabupaten Lampung Barat.

Istana Skala Brak dibangunan di atas tanah seluas 3000 meter. Gedung ini pernah dihancurkan oleh kolonial Belanda pada tahun 1810. Oleh karena hal tersebut Skala Brak dibangun kembali dan dibubuhi nama Gedung Dalom. Skala Brak merupakan kerajaan yang berdiri pada tiga masihi, yang dipimpin buay Tumi, suku Tumi merupakan suku pertama yang mendiami Lampung. Karena hal tersebut. Skala Brak menjadi salah satu bangunan bersejarah yang menjadi situs keberadaan suku Tumi.

Rumah Milik Japffa Comfeed

Rumah Milik Japffa Comfeed (http://dananwahyu.com)

Bangunan ini oleh ditempati Orang Belanda sebagai sebagai tempat tinggal pada masa Kolonial Belanda, didirikan pada tahun 1927 sebagai milik pribadi dan pada tahun 1990–an dibeli oleh perusahaan PT Japffa Comfeed Lampung sebagai pemilik bangunan sampai saat ini. Bangunan tersebut sampai sekarang tetap dipergunakan sebagai tempat tinggal para karyawan PT Japffa Comfeed. Perencanaan dan pembangunan dikerjakan oleh orang Belanda pada waktu itu dengan konsep konstruksi Ferosement. Rumah tinggal ini terletak dijalan Pattimura No. 5 yang luas bangunannya 180 m2.

Bentuk denah bangunan segi empat, dengan langgam mengikuti Tropis, yang dipadu detail interior gaya Kolonial Belanda. Atap bangunan berbentuk limasan.

Penjagalan Hewan

Rumah Potong Hewan (http://dananwahyu.com)

Nama gedung adalah Rumah Potong Hewan (RPH) sapi dan Babi, dibangun pada tahun 1927, Pemilik awal bangunan adalah Pemerintah Hindia Belanda yaitu Dinas Kehewanan kemudian di ambil alih Pemerintah Indonesia sejak kemerdekaan tahun 1945-an. Saat ini bangunan tersebut dibawah kewenangan Dinas Peternakan Kota Bandar Lampung. Bangunan terletak di jalan Dr. Warsito 53, dengan luas bangunan 556 m2 Kondisi fisik bangunan mengalami kerusakan sebagian kecil misalnya kaca jendela pecah, daun pintu tidak dapat dibuka akibat karat dimakan usia. Lantai dan warna dasar bangunan buram namun secara keseluruhan Fisik bangunan tidak berubah.

Rumah Daswati

Rumah Daswati (http://lampung.tribunnews.com)

Lampung yang dulunya bukan merupakan provinsi tentunya telah melewati banyak hal untuk bisa menjadi seperti sekarang ini. Cikal bakal Provinsi Lampung ternyata tidak lepas dari peran sebuah pergerakan yang terjadi di sebuah bangunan bernama rumah Daswati. Rumah ini terletak di Jalan Tulang Bawang No 11 Enggal. Daswati merupakan akronim dari Daerah Swantra Tingkat I yang juga berarti sebagai daerah otonom.

Rumah yang pernah menjadi milik Kolonel Achmad Ibrahim merupakan kantor Front Nasional (FN), organisasi massa yang dibentuk Bung Karno sebagai bagian dari pemerintah untuk membangun republik paska perang kemerdekaan. Upacara serah terima penyerahan kewenangan pemerintah Daerah Swatantra Tingkat (Daswati) I Sumatera Selatan kepada Daswati I Lampun berlangsung pada tanggal 18 Maret 1964. Yang cukup disayangkan, bangunan ini sempat terbengkalai bahkan dijadikan tokok tanpa diperhatikan oleh pemerintah setempat.

Museum Lampung

Museum Lampung (http://kaskushootthreads.blogspot.co.id)

Museum yang menyimpan berbagai benda bersejarah ini dibangun mulai pada tahun 1975. Kemudian, pada tahun 1978, peletakan batu pertama pun baru dilakukan karena berbagai alasan. Museum yang satu-satunya dimiliki oleh Provinsi Lampung ini terletak cukup strategis karena lokasinya yang berada tidak jauh dari pusat kota Bandar Lampung, yakni hanya 15 menit perjalanan.

Dengan memanfaatkan bangunan bergaya arsitektur khas Lampung, museum ini menyimpan beragam benda prasejarah, benda budaya, serta flora dan fauna khas Lampung. Berdasarkan data tahun 2011, Museum Lampung menyimpan sekira 4.735 benda koleksi. Benda-benda tersebut terbagi dalam 10 kelompok, yaitu koleksi geologika, biologika, etnografika, historika, numismatika/heraldika, filologika, keramologika, seni rupa, dan teknografika. Bangunan ini mulai diresmikan ialah pada tanggal 24 September 1988 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kala itu, Prof. Dr. Fuad Hasan. Peresmian tersebut bertepatan dengan peringatan Hari Aksara Internasional yang dipusatkan di PKOR Way Halim.